Senin, 13 Oktober 2014

Korban DI Sodomi

Tiga puluh persen pria di Indonesia pernah mengalami pelecehan seksual dalam hidupnya, sementara untuk perempuan hanya 22 persen saja. Demikian menurut penelitian yang dilakuan oleh Dr Elly Nurhayati, dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. 


Penelitian itu sendiri dilakukan pada tahun 2012 untuk pelecehan pada kaum pria dan tahun 2006 untuk kelompok wanita. Relatif tingginya presentase pelecehan seksual yang terjadi di kalangan pria maupun wanita di Indonesia ini, menurut Elly, membuka peluang kasus tersebut akan semakin meluas, dan tidak tertutup kemungkinan merupakan fenomena gunung es. 

“Pelecehan seksual pada laki-laki maupun pada wanita akan menimbulkan trauma yang lama bagi korban. Tanpa bimbingan yang baik, trauma tersebut justru akan menjadi model yang akan ditiru oleh korban ketika mereka memiliki peluang. Artinya korban pelecehan seksual memiliki potensi besar menjadi pelaku pelecehan seksual,” kata Elly di sela sebagai pembicara pada seminar internasional “Wellbeing among vulnerable groups" di kampus setempat, Senin (13/10/2014 ). 

Oleh karena itu, menurut Elly, bukan hal yang aneh jika kini banyak terjadi kasus pelecehan seksual di kalangan kelompok rentan seperti anak-anak dan wanita, bahkan kasus incestorangtua kepada anak maupun antar-saudara. 

“Tanpa kita sadari, di sekitar kita banyak orang yang memiliki potensi menjadi pelaku pelecehan seksual,” lanjut Elly. 

Kondisi tersebut diperburuk dengan banyaknya tayangan informasi maupun hiburan yang dapat memperbesar dorongan seksual. 

Ketika disinggung dimanakah peran psikolog untuk mencari solusi persoalan tersebut, Elly mengatakan, perlu adanya perubahan cara pandang di kalangan para psikolog. Para psikolog diharapkan tidak hanya berada di ruang privat menunggu para korban datang untuk berkonsultasi, namun harus berada di ruang publik, melakukan gerakan bersama untuk melakukan pencegahan. 

“Kita perlu bersama-sama menangani kelompok rentan ini, bagaimana mencegah semakin banyaknya kelompok rentan di Indonesia, bagaimana membuat kebijakan yang mampu mengurangi terciptanya kelompok rentan, dan bagaimana memberdayakan mereka agar dapat mencapai hidup bermakna dan kesejahteraan psikologis yang optimal,” pungkasnya.

0 komentar:

Posting Komentar