Rabu, 15 Oktober 2014

SBY dengan Kantong Mata

Sepuluh tahun sudah Susilo Bambang Yudhoyono menjalankan tugasnya sebagai presiden. Perjalanan 10 tahun memimpin negeri bukanlah pekerjaan mudah. Rambut yang kian memutih hingga kantong mata yang membesar mungkin merupakan sedikit gambaran beratnya tugas menjadi presiden. 


Perbincangan tentang kantong mata SBY yang kian menebal ini bahkan sempat hangat pada medio 2012 lalu. Ketika itu, setelah SBY berpidato di Tempo Scan Pacific, wartawan melihat bahwa kantong mata SBY semakin membesar. Selanjutnya, kantong mata SBY yang membesar sudah menjadi hal biasa. 

Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat bahkan mengambil contoh kantong mata SBY untuk menggambarkan betapa dia kesulitan tidur dalam meneliti ribuan bukti yang disampaikan pemohon dalam sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) presiden dan wakil presiden beberapa bulan lalu.

Testimoni tentang SBY dan rutinitas yang dijalaninya selama 10 tahun ini diungkapkan Abror Rizki, fotografer pribadi SBY. Abror telah menjadi fotografer SBY sejak kampanye Pemilu Presiden 2004. Ia selalu mengabadikan setiap kegiatan Ketua Umum Partai Demokrat itu. Kenangan terhadap aktivitas sang presiden yang super-padat pun melekat dalam ingatannya. 

Dia mencontohkan, dalam sebuah kunjungan kerja ke luar negeri, SBY bisa tiba-tiba saja melakukan pertemuan dengan menteri di jajaran kabinet Indonesia Bersatu II pada dini hari. 

"Kejadiannya pas di New York. Pukul 02.00 pagi, kamar diketok, dan (kami) dikasih tahu kalau Pak Presiden mau melakukan rapat dengan menteri-menteri KIB (Kabinet Indonesia Bersatu). Ya mau enggak mau langsung saat itu juga kami bergerak," imbuh Abror.

Dengan tidak pernah pastinya jam kerja seorang presiden, Abror mengisahkan, SBY kerap hanya memiliki waktu yang sangat terbatas untuk beristirahat. Biasanya, pada Senin-Jumat, SBY menghabiskan waktu dengan berbagai kegiatan kenegaraan dari pagi hingga malam hari. Selepas acara kenegaraan dan pulang ke Istana atau rumah, SBY tak langsung istirahat.

"Beliau ini orangnya enggak bisa diam. Jadi, kalaupun pulang ke rumah, beliau biasanya baca buku dan bahkan masih nulis. Jadi kantong mata itu benar-benar karena kurang tidur," kata Abror. 

Jika ke luar negeri, SBY tak pernah lupa berbelanja buku-buku kesukaannya yang menjadi
tabungannya untuk menghabiskan waktu selepas bekerja.

"Kalau lihat jam kerjanya, dan kami yang selama ini mengikuti, capeknya luar biasa. Cuma orang enggak banyak yang tahu. Kita pun kalau enggak pakai vitamin, pasti udah masuk rumah sakit," seloroh pria yang sempat bekerja sebagai fotografer majalahMatra itu.

Memperhatikan detail

Meski hanya memiliki jam istirahat yang singkat, menurut Abror, SBY tetaplah sosok yang perfeksionis dan memperhatikan hal-hal kecil. Salah satunya adalah soal bunyi jepretan kamera saat SBY sedang berpidato. Abror menuturkan, SBY ternyata sering terganggu dengan rentetan bunyi kamera dari para wartawan saat dia mulai berpidato.

"Dia tidak suka kalau ada bunyi kamera saat pidato. Itu katanya ganggu konsentrasinya. Makanya, saya suka ingatkan juga ke wartawan," kata dia.

Pengalaman pria kelahiran 23 September 1966 ini pun sempat dirasakan wartawan. Pada saat SBY menggelar sidang kabinet terbatas dengan membahas soal rancangan undang-undang pemerintah daerah yang disiarkan secara langsung oleh televisi nasional, SBY sempat terdiam sejenak.

"Tolong itu yang di pojok jangan tertawa," kata dia dengan pandangan tetap lurus ke arah kamera.

Wartawan pun menoleh kanan dan kiri mencari orang yang dimaksud oleh SBY. Pasalnya, nyaris tidak terdengar suara apa pun saat SBY tengah berpidato membuka sidang kabinet itu.

0 komentar:

Posting Komentar